D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
AZA SYAHPUTRA: 1601020034
Dosen:
Dr. Ali Imran Sinaga
FAKULTAS
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
T.A
2017-2018
MEDAN
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dosen kepada saya tentang “Sejarah Logika Dari Klasik sampai
Modern”
Makalah ini telah saya susun dengan
maksimal dan dapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak teri kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masi ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap
semoga makalah tentang Sejarah Logika Dari Klasik Sampai Modern ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadapat pembaca.
Medan, April 2018
Penyusun
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kesempatan seperti ini
tidak pada tempatnya kita membicarakan sejarah logika secara panjang lebar.
Karenanya akan dibuat suatu ringkasan singkat, sekalian juga disadari bahwa
yang melekat pada ringkasan. Tetapi melihat dan mengkaji masa laluseringkali
banyak manfaatnya , disamping supaya kita tidak kehilangan perspektif, juga
karena pengetahuan sejarah tentang sesuatu mutlak perku untuk mengungkap
realitasnya sesuatu tersebut.
Lewat perjalanan sejarah juga akan dapat diidentifikasikan
ketentuan-ketentuan meta fisik mana yang de facto mendasari dan mengarahkan
pertumbuhan logika.
Memikirkan atau usaha mengetahui suatu objek berarti suatu
perbuatan untuk memahami objek tersebut. Jika kita telah memahami suatu objek
berarti kita telah tahu. Apakah yang dimaksud tahu? Tahu adalah mengetahui
(tasdik) hubungan antara suatu pengertian (munfrad) dengan pengertian yang
lain. Dengan kata lain, tahu berarti mengakui hubungan antara subjek (maudlu)
dengan predikat
Dibawah ini akan disungguhkan suatu ringkasan singkat sejarah
logika, dari masa pertumbuhannya hingga kurun perkembangannya.
1.
Apa itu logika?
2.
Bagaimana sejarah logika dari masa
yunani kuno?
3.
Bagaimana sejarah logika Masa
Pertengahan Dan Modern?
4.
Bagaimana logika didunia Sezaman, Di india Dan
Indonesia?
1.
Untuk mengetahui dan memahami apa
itu logika.
2.
Untuk mengetahui dan memahami
sejarah dan perkembangan logika.
3.
Sebagai sarana untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sejarah logika
BAB
II
PEMBAHASAN
Logika
Asal muasal kata “logika” adalah kata logos, logike, logica,
logicue dan logic. Dua kata pertama berasal dari nahasa Yunani, yang pertama
berasal dari kata ide, akal. Yang kedua berarti seni berpikir. Tika kata
berikutnya berarti sama dengan kata kedua. Hanya saja kata ketika berasal dari
bahasa latin, kata keempat berasal dari bahasa Prancis dan kata terakhir
berasal dari bahasa Inggris.[1]
Sejarah Singkat Ilmu Logika (Mantiq)
Mantiq (logika) sebagai ilmu yunani pada abad ke 5 SM oleh ahli-ahli
filsafat yunani kuno. Tercatat sebagai pencetus pertamanya adalah Socrates,
kemudia dilanjutkan oleh Plato dan disusun rapi sebagai dasar falsafat oleh
Aristoteles, itulah sebabnya beliau dinyatakan sebagai guru pertama dari ilmu
pengetahuan.
Dalam masa selanjutnya banyak penambahan perubahan oleh
filsuf-filsuf muslim, seperti Al-Farabi, yang sering dinyatakan sebagai
mahaguru kedua dalam ilmu pengetahuan. Pada masa Al-Farabilah ilmu mantiq
dipelajari lebih rinci dan dipraktikkan, termasuk dalam pentasdikan qadhiyah.[2]
A.
Dunia Yunani Kuno
Sejarah logika di mulai dari dunia yunani tua. Zero dari citium
[340-265 adalah tokoh “STOA”, yang pertama kali yang menggunakan logika.
Kemudian Kaum sofis yang membuat pikiran manusia sebagai titik api pemikiran secara
eksplisit. Lalu Georgiias [483-375] dari lionti [sicilia] : mempersoalkan
masalah pikiran dan bahasa.
Kemudian Socrates [470-399] menggunakan metodene ironi dan
maieutika. Selanjutnya De facto mengembangkan metode induktif. Kemudian Plato
[428-347] mengumumkan metode sokrates hingga menjadi teori ide yakni
teori dinge an sich versi plato. Gagasan plato banyak memberikan
dasar pada perkembangan logika bertalian dengan masalah idiogenesis, dan
masalah penggunan bahasa dalam pemikiran. Namun logika episteme terwujud
berkat karya aristoteles[384-322]
Aristoteles mengembangkan teori tentang ilmu. Karyanya dalam logika
diberi nama to organonoleh muridnya [andronikos dari rhodos]. Mencakup:
pertama. Kategoriai [logika istilah dan predikasi]. Kedua. Perihermeneias
[logika proosisi]. Ketiga. Analytica protera [silogisme dan pemikiran].
Keempat. Analytica hystera [ pembuktian] Kelima. Topica [metode berdebat].
Keenam. Peri sophistiskoon elegchoon [kesalahan berpikir]
Theoprastus mengembangkan logika aristoteles dan kaum stoa.
Mengembangkan teori logika dengan menggarap masalah bentuk argumen disjungtif
dan hipotesis serta beberapa masalah bahasa. Sedangkan Galenus, alexander
aprodisiens dan sextus empiricus mengadakan sistematisasi logika dengan cara
mengikuti geometri yakni metode ilmu ukur.
Galenus sangat berpengaruh atas aksiomatisasi logika.
Karyanya logika ordine geometrica demostrata. Yakni diakhir abad
XXVII melalui karya sacheri yang berjudul logika
demonstrativa. Muncul zaman dekadensi logika [ilmu menjadi dangkal dan
logika merosot] tetapi karya yang pantas mendapat perhatian esagogen dari
porphyrios, komentar-komentar dari beothius dan fons scientiae [sumber
ilmu] karya johannes damascenus.
B.
Dunia Abad Pertengaha
Perkembangan logika dimulai dari dunia Abad pertengahan [saat
penggarapan logika aristoteles yang disebut logika lama dan bekembang sesudat
tahun 1142 menjadi logika baru] Kemudian pada dunia modern logika aristoteles
berkembang penemuan dalam tekanan yang berbeda. Dan kemudian terus sampai ke Iindia
bermula dari Sri Gautama yang sering berdebat melawan golongan hindu
fanatik , logika kemudian terus sebagai metode berdebat dan mengundang banyak
komentar hinga ke navya nyaya. Masa sesudahnya mengaami kemunduran dan logika
menjadi dangkal. Kecuali sekarang India mendapat pengaruh eropa barat. Kemudian
Di Indonesia. Sebagian kaum intelektual indonesia sangat mendukung adanya
logika dipandang sebagai sokoguru pendidikan terwujudnya indonesia modern dan
berkembang dalam pemikiran. Namun awalnya logika ditolak oleh sebagian
kaum a priori dengan alasan akan merusak rasa ketimuran indonesia dan dengan
alasan agama, keyakinan dan iman. Padahal iman membutuhkan akal. Kecurigaan
terjadi karena mereka bertumpuh pada sikap tradisional, tidak dapat melihat karena
memiliki himpitan iklim kejiwaan dan kesempitan perspektif.
Thomas Aquinas dkk. Mengusahakan sistematisasi
dan mengajukan komentar-komentar dalam usaha mengembangkan logika yang telah
ada. Pada abad XIII-XV berkembanglah logika modern. Petrus Hispanus, Roger
Bacon, W. Ockham, dan Raymond Lullus yang menemukan metode logika baru yang
disebutnya ars magna, yakni semacam aljabar pengertian dengan tujuan untuk
membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi. Abad pertengahan mencatat berbagai
pemikiran yang sangat penting bagi perkembangan logika.
C.
Dunia
Modern
Di masa modern, logika Aristotle mulai ditinjau
ulang Francis Bacon, misalnya, menciptakan Novum Organum (1620) yang
mengedepankan induksi, sementara Aristotle mengutamakan deduksi. Logika
deduktif adalah logika yang bertolakdari pengetahuan lama bersifat umum menuju
pengetahuan baru bersifat khusus secara silogistik. Sebaiknya, logika induktif
adalah logika yang beranjak dari pengetahuan lama bersifat khusus menuju
pengetahuan bar bersifat umum melalui observasi empiris. Logika deduktif yang
identik dengan Aristotle itu sering disebut juga dengan ligika klasik,
sedangkan logika induktif sering disebut dengan logika modern.
Metode induktif untuk menemukan kebenaran yang
direncanakan Francis Bacon, didasarkan pada pengamatan empiris, analisis data
yang diamati, penyimpulan yang terwujud dalam hipotesis (kesimpulan sementara),
dan verifikasi hipotesis melalui pengamatan dan eksperimen lebih lanjut.
Penghalang bagi metode ini adalah prakonsepsi dan prasangka yang dikelompokkan
Francis Bacon ke dalam empat klarifikasi.
1.
The Idols Of Tribe (Idola Tribus). Sumber
kesesatan ini pada hakikatnya berdasarkan pada kodrat manusia sendiri, pada ras
manusia, misalnya bahwa manusia hanya mempunyai lima indera dan tidak lebih.
2.
The Idols of the Cave (idola Specus) atau
prasangka pribadi. Jiwa manusia merupakan sesuatu yang berubah-ubah, penuh
gangguan, dan seakan-akan diperintah oleh kemungkinan yang tidak pasti.
3.
The Idols of the Market Place (Idola Fori)
disebabkan seseorang tidak membuat pembatasan pada term-term yang dipakai untuk
berpikir dan berkomunikasi.
4.
The Idols of the Theatre (Idola Theatri), yakni
sikap menerima secara membuta terhadap tradisi otoritas.
Penggunaan metode induktif Francis Bacon
mengharuskan pencabutan hal yang hakiki dari hal yang tidak hakiki dan penemuan
struktur atau bentuk yang mendasari fenomena yang sedang diteliti. Caranya
dengan:
a)
Membandingkan contoh-contoh hal yang diteliti,
b)
Menelaah variasi-variasi yang menyertainya, dan
c)
Menyingkirkan contoh-contoh yang negatif.
John Stuart Mill (1806-1716) merumuskan sebab
suatu kejadian sebagai seluruh jumlah kondisi positif dan negatif yang
diperlukan. Metodenya adalah:
1.
Method of agreement: metode mencocokkan
Sebab
disimpulkan dari adanya kecocokan sumber kejadian.
2.
Method of difference: metode membedakan
sebab
disimpulkan dari adanya kelainan dalam peristiwa yang terjadi.
3.
Join method of agreement and difference; metode
mencocokkan dan membedakan
Metode
ini merupakan gabungan dari metode 1 dan 2.
4.
Method of concomitant variations: metode
perubahan selang-seling yang seiring.
5.
Method of residues: metode menyisakan
Ciri metode menyisakan dapat dikatakan deduktif
karena bertumpu kuat pada hukum-hukum kausal yang sudah terbukti sebelumnya.
Kesimpulan yang dapat dicari melalui metode menyisakan sifatnya hanya probable,
dan tidak dapat dideduksikan secara sah dari premis-premisnya.
Metode J.S Mill ini didasarkan pada
asumsi-asumsi:
a)
Tiada factor dapat merupakan sebab dari suatu
akibat manakala factor tersebut tidak ada sewaktu akibat tersebut terjadi.
b)
Tiada factor dapat merupakan sebab dari suatu
akibat manakala faktor tersebut ada dan akibatnya tidak terjadi.
Metode J.S Mill menuntut peneliti untuk
mendekati masalah sebab dan akibat sbg berikut :
a)
Pertama, peneliti harus sadar akan adanya suatu
masalah. Ia harus sadar akan adanya suatu gejala yang meminta penjelasan dan ia
ingin mencari sebanya.
b)
Ia harus menyatakan masalahnya dengan jelas.
c)
Ia harus mengamati segala factor yang ada
hubungannya dengan masalah.
d)
Sesudah itu, peneliti dapat mencatat
factor-faktor mana yang ada dan factor-faktor mana yang tidak ada manakala
gejala tersebut terjadi.
Menurut Newman terdapat tiga macam bentuk
pemikiran:
1.
Formal inference: dalam bentuk pemikiran ini
kesimpulan diambil dari premis-premis yang dirumuska dengan tajam menurut
peraturan logika.
2.
Informal inference: bentuk pemikiran ini
merupakan sarana untuk mengetahui benda-benda individual kongkret. Jika yang
pertama perupakan sketsa, maka informal inference merupakan potret.
3.
Natural inference: bentuk ini adalah bentuk
pemikiran kita sehari-hari. Bentuk ini adalah khas mahluk yang berakal, apapun
juga tingkat pendidikannya.
D.
Dunia
sezaman
H.W.B. Joseph (1867-1943) dalam karyanya
Introduction to Logic (1906) mengembangkan masalah esensialia dari subjek.
Sedangkan Peter Coffey dalam karyanya Science of logic (1918) menggarap
prosedur deduktif dan induktif dan kaitannya dengan metode ilmiah.
Di dalam abad XX ini, disamping perkembangan
logika yang de facto beberapa dasarnya telah dilakukan oleh Aristoteles,
juga terdapat kritik tehadap logika klasik. (Perlu kiranya dicatat bahwa
Aristoteles tidak sepenuhnya puas). Berbagai alasan diajukan guna membenarkan
diterimanya sistem-sistem logika yang menyimpang (deviant). Begitu misalnya
pendapat Hreichenback dan H. Putnam. Logika bernilai banyak (many-valued).
Sistem yang menyimpang ini sebenarnya sudah dapat ditemukan dalam karya Peirce
(1902), Mac Coll (misalnya th 1906),
Vasilliv, tetapi lebih-lebih dalam tulisan Lukasiewicz (1920) dan E.
Post (1921).[3])
E.
Di India
India perlu mendapat perhatian khusus karena di
Asia, memang hanya India yang sudah mengembangkan logika secara formal sejak
masa lalunya.
1.
Logika lahir karena Sri Gautama harus sering
berdebat melawan golongan Hindu fanatic yang menyerang aliran kesusilaan yang
diajarkannya.
2.
Logika kemudian terus sebagai metode berdebat,
dan mengundang banyak komentar dari orang-orang.
3.
Navya Nyaya: pengintegrasian kritis
doktrin-doktrin golongan Brahmanisme, Buddhisme, dan juga golongan Jainisme.
F.
Di
Indonesia
Sebagian kaum intelektual sangat menyadari
kebutuhan mendesak akan meratanya kesanggupan berpikir tertib kritis seperti
yang diajarkan dalam logika sebagai salah satu syarat mutlak terwujudnya
Indonesia modern.
Jadi
dengan menyarankan prosedur logika
bukanlah tidak mengakui cara tahu lainnya yang pasti juga sangat berharga dalam usaha mengetahui yang benar yang hakikatnya pluriformal dan
pluridimensional, bukan uniformal,, atau unidimensional, hati juga punya
logikanya sendiri, begitu Pascal.[4])
Emosi atau perasaan diketahui mempunyai peranan
penting dalam kehidupan manusia. Semoga cakrawala kesadaran pengetahuan dan
wawasan kita semakin luas serta semakin melihat kebutuhan akan pendalaman dan
penguasaan logika sebagai salah satu tuntutan yang asasi untuk mencerdaskan
bangsa dan memanusiakan manusia yang menjadi tujuan seluruh kegiatan
pembangunan nasional Indonesia.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Guna yang mengindetifikasi
mempelajari ilmu mantik pada intinya adalah, untuk dapat berpikir dengan benar
hingga menyampaikan seseorang kepada kesimpulan yang benar, tanpa
mempertimbangkan kondisi dan situasi yang kemungkinan dapat mempengaruhi
seseorang.
Kalau demi kian setiap manusia wajib
belajar mantiq karena ilmu mantik yang dapat menyamapaikan seseorang kepada
kebenaran.bisa saja terdapat satu kesimpulan yang benar tanpa menggunakan ilmu
mantiq, namun kebenaran tersebut tidak dapat dipercaya, karena kebenaran tanpa
dasar mantiq adalah kebenaran yang kebetulan, atau kebenaran yang tidak pasti.
Dengan belajar ilmu mantiq, kekuatan
berpikir bisa meningkat, hingga dapat mengoreksi kesalahan berpikir ketika kita
sampai pada pegambilan kesimpulan. Karena intensitas peningkatan kemampuan
berpikir sangat besar dalam ilmu mantiq, itulah sebabnya ia, yakni ilmu mantiq
dikatakan jembatan dari segala ilmu yang ada.
Filsafat dalam hal logika dapat menjernikan pikiran dan akal
manusia. Akal yang tertiplah yang menunjukkan serta mengarahkan
strategi-taktik-praktek bahkan hati nurani suatu perjuangan yang tertib [bukan
anarkistik,namun juga efisien dan efektif]; akal yang tertib membimbing
kehidupan masyarakat yang tertib sehingga membahagiakan kehidupan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Zainul
Maarif, Logika Komunikasi-Ed.1,-Cet.1,-Jakarta:Rajawali Pers,2015
Drs.
H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A. Logika (Ilmu Mantiq). Jakarta: Kencana,2010
Dr.
W. POESPOPRODJO, L.Ph., S.S., Logika Scientifika. Jogjakarta,2012
Drs.
Hodanul Ichwan Haruh, Logika Keilmuan,Cet I,Agustus 2014
[1] Dauglas
Harper, Online Etimology Dictionary, 2001-2014.
[2] Sejarah
logika ilmu mantiq dapat diringkaskan menjadi. Sokrates-Plato,Aristoteles,
Khalifah al-Mansur, pada masa ini dalam catatan sejaran di nyatakan ilmu mantiq
diperluas.
[3]
C.S. Peirce,
Minute Logic (1902); H. Mac Coll, Symbolic Logic and Its Applications,
Longmans, Green, 1906; N.A. Vasiher, “On partic propositions, the triangle of
apposition, and the law of excluted fourths’, Vcenic zopiski Kazan’ skogo
Universtite (47), 1910; J. Lukasiewiez (1920)” On 3-valned logic “, (1920)
dalam D.Mc Coll, Polish Logic, O.U.P., 1967, E. Post, “Introduction to the
General Theory of Elementary Propositions”, American Journal of Manthematics
(43), 1921.
[4] “We know the
truth, not only by the reason, but also by the heart” Thoughts, ch.x, I.
0 komentar:
Posting Komentar