Jumat, 29 Juni 2018

SEJARAH LOGIKA DARI KLASIK SAMPAI MODERN



D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
AZA SYAHPUTRA: 1601020034
Dosen: Dr. Ali Imran Sinaga







FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
T.A 2017-2018
MEDAN

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dosen kepada saya tentang “Sejarah Logika Dari Klasik sampai Modern”

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan dapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak teri kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masi ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
            Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Sejarah Logika Dari Klasik Sampai Modern ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadapat pembaca.



Medan, April 2018
                                                                                                               Penyusun












PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Dalam kesempatan  seperti ini tidak pada tempatnya kita membicarakan sejarah logika secara panjang lebar. Karenanya akan dibuat suatu ringkasan singkat, sekalian juga disadari bahwa yang melekat pada ringkasan. Tetapi melihat dan mengkaji masa laluseringkali banyak manfaatnya , disamping supaya kita tidak kehilangan perspektif, juga karena pengetahuan sejarah tentang sesuatu mutlak perku untuk mengungkap realitasnya sesuatu tersebut.
Lewat perjalanan sejarah juga akan dapat diidentifikasikan ketentuan-ketentuan meta fisik mana yang de facto mendasari dan mengarahkan pertumbuhan logika.
Memikirkan atau usaha mengetahui suatu objek berarti suatu perbuatan untuk memahami objek tersebut. Jika kita telah memahami suatu objek berarti kita telah tahu. Apakah yang dimaksud tahu? Tahu adalah mengetahui (tasdik) hubungan antara suatu pengertian (munfrad) dengan pengertian yang lain. Dengan kata lain, tahu berarti mengakui hubungan antara subjek (maudlu) dengan predikat
Dibawah ini akan disungguhkan suatu ringkasan singkat sejarah logika, dari masa pertumbuhannya hingga kurun perkembangannya.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa itu logika?
2.      Bagaimana sejarah logika dari masa yunani kuno?
3.      Bagaimana sejarah logika Masa Pertengahan Dan Modern?
4.      Bagaimana logika didunia Sezaman, Di india Dan Indonesia?

C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami apa itu logika.
2.      Untuk mengetahui dan memahami sejarah dan perkembangan logika.
3.      Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sejarah logika


BAB II
PEMBAHASAN
Logika
Asal muasal kata “logika” adalah kata logos, logike, logica, logicue dan logic. Dua kata pertama berasal dari nahasa Yunani, yang pertama berasal dari kata ide, akal. Yang kedua berarti seni berpikir. Tika kata berikutnya berarti sama dengan kata kedua. Hanya saja kata ketika berasal dari bahasa latin, kata keempat berasal dari bahasa Prancis dan kata terakhir berasal dari bahasa Inggris.[1]
Sejarah Singkat Ilmu Logika (Mantiq)
Mantiq (logika) sebagai ilmu yunani pada abad ke 5 SM oleh ahli-ahli filsafat yunani kuno. Tercatat sebagai pencetus pertamanya adalah Socrates, kemudia dilanjutkan oleh Plato dan disusun rapi sebagai dasar falsafat oleh Aristoteles, itulah sebabnya beliau dinyatakan sebagai guru pertama dari ilmu pengetahuan.
Dalam masa selanjutnya banyak penambahan perubahan oleh filsuf-filsuf muslim, seperti Al-Farabi, yang sering dinyatakan sebagai mahaguru kedua dalam ilmu pengetahuan. Pada masa Al-Farabilah ilmu mantiq dipelajari lebih rinci dan dipraktikkan, termasuk dalam pentasdikan qadhiyah.[2]
A.           Dunia Yunani Kuno
Sejarah logika di mulai dari dunia yunani tua. Zero dari citium [340-265 adalah tokoh “STOA”,  yang pertama kali yang menggunakan logika. Kemudian Kaum sofis yang membuat pikiran manusia sebagai titik api pemikiran secara eksplisit. Lalu Georgiias [483-375] dari lionti [sicilia] : mempersoalkan masalah pikiran dan bahasa.
Kemudian Socrates [470-399] menggunakan metodene ironi dan maieutika. Selanjutnya De facto mengembangkan metode induktif. Kemudian Plato [428-347] mengumumkan metode sokrates hingga menjadi teori ide yakni teori dinge an sich versi plato. Gagasan plato banyak memberikan dasar pada perkembangan logika bertalian dengan masalah idiogenesis, dan masalah penggunan bahasa dalam pemikiran. Namun  logika episteme terwujud berkat karya aristoteles[384-322]
Aristoteles mengembangkan teori tentang ilmu. Karyanya dalam logika diberi nama to organonoleh muridnya [andronikos dari rhodos]. Mencakup: pertama. Kategoriai [logika istilah dan predikasi]. Kedua. Perihermeneias [logika proosisi]. Ketiga. Analytica protera [silogisme dan pemikiran]. Keempat. Analytica hystera [ pembuktian] Kelima. Topica [metode berdebat]. Keenam. Peri sophistiskoon elegchoon [kesalahan berpikir]
Theoprastus mengembangkan logika aristoteles dan kaum stoa. Mengembangkan teori logika dengan menggarap masalah bentuk argumen disjungtif dan hipotesis serta beberapa masalah bahasa. Sedangkan Galenus, alexander aprodisiens dan sextus empiricus mengadakan sistematisasi logika dengan cara mengikuti geometri yakni metode ilmu ukur.
Galenus sangat berpengaruh atas aksiomatisasi logika. Karyanya logika ordine geometrica demostrata. Yakni diakhir abad XXVII melalui karya sacheri yang berjudul logika demonstrativa. Muncul zaman dekadensi logika [ilmu menjadi dangkal dan logika merosot] tetapi karya yang pantas mendapat perhatian esagogen dari porphyrios, komentar-komentar dari beothius dan  fons scientiae [sumber ilmu] karya johannes damascenus.
B.            Dunia Abad Pertengaha
Perkembangan  logika dimulai dari dunia Abad pertengahan [saat penggarapan logika aristoteles yang disebut logika lama dan bekembang sesudat tahun 1142 menjadi logika baru] Kemudian pada dunia modern logika aristoteles berkembang penemuan dalam tekanan yang berbeda. Dan kemudian terus sampai ke Iindia bermula dari Sri Gautama yang sering berdebat  melawan golongan hindu fanatik , logika kemudian terus sebagai metode berdebat dan mengundang banyak komentar hinga ke navya nyaya. Masa sesudahnya mengaami kemunduran dan logika menjadi dangkal. Kecuali sekarang India mendapat pengaruh eropa barat. Kemudian Di Indonesia. Sebagian kaum intelektual indonesia sangat mendukung adanya logika dipandang sebagai sokoguru pendidikan terwujudnya indonesia modern dan berkembang dalam pemikiran. Namun awalnya  logika ditolak oleh sebagian kaum a priori dengan alasan akan merusak rasa ketimuran indonesia dan dengan alasan agama, keyakinan dan iman. Padahal iman membutuhkan akal. Kecurigaan terjadi karena mereka bertumpuh pada sikap tradisional, tidak dapat melihat karena memiliki himpitan iklim kejiwaan dan kesempitan perspektif.
Thomas Aquinas dkk. Mengusahakan sistematisasi dan mengajukan komentar-komentar dalam usaha mengembangkan logika yang telah ada. Pada abad XIII-XV berkembanglah logika modern. Petrus Hispanus, Roger Bacon, W. Ockham, dan Raymond Lullus yang menemukan metode logika baru yang disebutnya ars magna, yakni semacam aljabar pengertian dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi. Abad pertengahan mencatat berbagai pemikiran yang sangat penting bagi perkembangan logika.
C.           Dunia Modern
Di masa modern, logika Aristotle mulai ditinjau ulang Francis Bacon, misalnya, menciptakan Novum Organum (1620) yang mengedepankan induksi, sementara Aristotle mengutamakan deduksi. Logika deduktif adalah logika yang bertolakdari pengetahuan lama bersifat umum menuju pengetahuan baru bersifat khusus secara silogistik. Sebaiknya, logika induktif adalah logika yang beranjak dari pengetahuan lama bersifat khusus menuju pengetahuan bar bersifat umum melalui observasi empiris. Logika deduktif yang identik dengan Aristotle itu sering disebut juga dengan ligika klasik, sedangkan logika induktif sering disebut dengan logika modern.
Metode induktif untuk menemukan kebenaran yang direncanakan Francis Bacon, didasarkan pada pengamatan empiris, analisis data yang diamati, penyimpulan yang terwujud dalam hipotesis (kesimpulan sementara), dan verifikasi hipotesis melalui pengamatan dan eksperimen lebih lanjut. Penghalang bagi metode ini adalah prakonsepsi dan prasangka yang dikelompokkan Francis Bacon ke dalam empat klarifikasi.
1.      The Idols Of Tribe (Idola Tribus). Sumber kesesatan ini pada hakikatnya berdasarkan pada kodrat manusia sendiri, pada ras manusia, misalnya bahwa manusia hanya mempunyai lima indera dan tidak lebih.
2.      The Idols of the Cave (idola Specus) atau prasangka pribadi. Jiwa manusia merupakan sesuatu yang berubah-ubah, penuh gangguan, dan seakan-akan diperintah oleh kemungkinan yang tidak pasti.
3.      The Idols of the Market Place (Idola Fori) disebabkan seseorang tidak membuat pembatasan pada term-term yang dipakai untuk berpikir dan berkomunikasi.
4.      The Idols of the Theatre (Idola Theatri), yakni sikap menerima secara membuta terhadap tradisi otoritas.
Penggunaan metode induktif Francis Bacon mengharuskan pencabutan hal yang hakiki dari hal yang tidak hakiki dan penemuan struktur atau bentuk yang mendasari fenomena yang sedang diteliti. Caranya dengan:
a)    Membandingkan contoh-contoh hal yang diteliti,
b)   Menelaah variasi-variasi yang menyertainya, dan
c)    Menyingkirkan contoh-contoh yang negatif.
John Stuart Mill (1806-1716) merumuskan sebab suatu kejadian sebagai seluruh jumlah kondisi positif dan negatif yang diperlukan. Metodenya adalah:
1.      Method of agreement: metode mencocokkan
Sebab disimpulkan dari adanya kecocokan sumber kejadian.
2.      Method of difference: metode membedakan
sebab disimpulkan dari adanya kelainan dalam peristiwa yang terjadi.
3.      Join method of agreement and difference; metode mencocokkan dan membedakan
Metode ini merupakan gabungan dari metode 1 dan 2.
4.      Method of concomitant variations: metode perubahan selang-seling yang seiring.
5.      Method of residues: metode menyisakan
Ciri metode menyisakan dapat dikatakan deduktif karena bertumpu kuat pada hukum-hukum kausal yang sudah terbukti sebelumnya. Kesimpulan yang dapat dicari melalui metode menyisakan sifatnya hanya probable, dan tidak dapat dideduksikan secara sah dari premis-premisnya.

Metode J.S Mill ini didasarkan pada asumsi-asumsi:
a)      Tiada factor dapat merupakan sebab dari suatu akibat manakala factor tersebut tidak ada sewaktu akibat tersebut terjadi.
b)      Tiada factor dapat merupakan sebab dari suatu akibat manakala faktor tersebut ada dan akibatnya tidak terjadi.
Metode J.S Mill menuntut peneliti untuk mendekati masalah sebab dan akibat sbg berikut :
a)      Pertama, peneliti harus sadar akan adanya suatu masalah. Ia harus sadar akan adanya suatu gejala yang meminta penjelasan dan ia ingin mencari sebanya.
b)      Ia harus menyatakan masalahnya dengan jelas.
c)      Ia harus mengamati segala factor yang ada hubungannya dengan masalah.
d)     Sesudah itu, peneliti dapat mencatat factor-faktor mana yang ada dan factor-faktor mana yang tidak ada manakala gejala tersebut terjadi.

Menurut Newman terdapat tiga macam bentuk pemikiran:
1.      Formal inference: dalam bentuk pemikiran ini kesimpulan diambil dari premis-premis yang dirumuska dengan tajam menurut peraturan logika.
2.      Informal inference: bentuk pemikiran ini merupakan sarana untuk mengetahui benda-benda individual kongkret. Jika yang pertama perupakan sketsa, maka informal inference merupakan potret.
3.      Natural inference: bentuk ini adalah bentuk pemikiran kita sehari-hari. Bentuk ini adalah khas mahluk yang berakal, apapun juga tingkat pendidikannya.

D.           Dunia sezaman
H.W.B. Joseph (1867-1943) dalam karyanya Introduction to Logic (1906) mengembangkan masalah esensialia dari subjek. Sedangkan Peter Coffey dalam karyanya Science of logic (1918) menggarap prosedur deduktif dan induktif dan kaitannya dengan metode ilmiah.
Di dalam abad XX ini, disamping perkembangan logika yang de facto beberapa dasarnya telah dilakukan oleh Aristoteles, juga terdapat kritik tehadap logika klasik. (Perlu kiranya dicatat bahwa Aristoteles tidak sepenuhnya puas). Berbagai alasan diajukan guna membenarkan diterimanya sistem-sistem logika yang menyimpang (deviant). Begitu misalnya pendapat Hreichenback dan H. Putnam. Logika bernilai banyak (many-valued). Sistem yang menyimpang ini sebenarnya sudah dapat ditemukan dalam karya Peirce (1902), Mac Coll (misalnya th 1906),  Vasilliv, tetapi lebih-lebih dalam tulisan Lukasiewicz (1920) dan E. Post (1921).[3])



E.            Di India
India perlu mendapat perhatian khusus karena di Asia, memang hanya India yang sudah mengembangkan logika secara formal sejak masa lalunya.
1.      Logika lahir karena Sri Gautama harus sering berdebat melawan golongan Hindu fanatic yang menyerang aliran kesusilaan yang diajarkannya.
2.      Logika kemudian terus sebagai metode berdebat, dan mengundang banyak komentar dari orang-orang.
3.      Navya Nyaya: pengintegrasian kritis doktrin-doktrin golongan Brahmanisme, Buddhisme, dan juga golongan Jainisme.
F.            Di Indonesia
Sebagian kaum intelektual sangat menyadari kebutuhan mendesak akan meratanya kesanggupan berpikir tertib kritis seperti yang diajarkan dalam logika sebagai salah satu syarat mutlak terwujudnya Indonesia modern.
            Jadi dengan menyarankan  prosedur logika bukanlah tidak mengakui cara tahu lainnya yang pasti juga sangat berharga  dalam usaha mengetahui  yang benar yang hakikatnya pluriformal dan pluridimensional, bukan uniformal,, atau unidimensional, hati juga punya logikanya sendiri, begitu Pascal.[4])
Emosi atau perasaan diketahui mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Semoga cakrawala kesadaran pengetahuan dan wawasan kita semakin luas serta semakin melihat kebutuhan akan pendalaman dan penguasaan logika sebagai salah satu tuntutan yang asasi untuk mencerdaskan bangsa dan memanusiakan manusia yang menjadi tujuan seluruh kegiatan pembangunan nasional Indonesia.





PENUTUP
A.           Kesimpulan
Guna yang mengindetifikasi mempelajari ilmu mantik pada intinya adalah, untuk dapat berpikir dengan benar hingga menyampaikan seseorang kepada kesimpulan yang benar, tanpa mempertimbangkan kondisi dan situasi yang kemungkinan dapat mempengaruhi seseorang.
Kalau demi kian setiap manusia wajib belajar mantiq karena ilmu mantik yang dapat menyamapaikan seseorang kepada kebenaran.bisa saja terdapat satu kesimpulan yang benar tanpa menggunakan ilmu mantiq, namun kebenaran tersebut tidak dapat dipercaya, karena kebenaran tanpa dasar mantiq adalah kebenaran yang kebetulan, atau kebenaran yang tidak pasti.
Dengan belajar ilmu mantiq, kekuatan berpikir bisa meningkat, hingga dapat mengoreksi kesalahan berpikir ketika kita sampai pada pegambilan kesimpulan. Karena intensitas peningkatan kemampuan berpikir sangat besar dalam ilmu mantiq, itulah sebabnya ia, yakni ilmu mantiq dikatakan jembatan dari segala ilmu yang ada.

Filsafat dalam hal logika dapat menjernikan pikiran dan akal manusia. Akal yang tertiplah yang menunjukkan  serta mengarahkan strategi-taktik-praktek bahkan hati nurani suatu perjuangan yang tertib [bukan anarkistik,namun juga efisien dan efektif]; akal yang tertib membimbing kehidupan masyarakat yang tertib sehingga membahagiakan kehidupan bersama.







DAFTAR PUSTAKA
Zainul Maarif, Logika Komunikasi-Ed.1,-Cet.1,-Jakarta:Rajawali Pers,2015
Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A. Logika (Ilmu Mantiq). Jakarta: Kencana,2010
Dr. W. POESPOPRODJO, L.Ph., S.S., Logika Scientifika. Jogjakarta,2012
Drs. Hodanul Ichwan Haruh, Logika Keilmuan,Cet I,Agustus 2014




[1] Dauglas Harper, Online Etimology Dictionary, 2001-2014.
[2] Sejarah logika ilmu mantiq dapat diringkaskan menjadi. Sokrates-Plato,Aristoteles, Khalifah al-Mansur, pada masa ini dalam catatan sejaran di nyatakan ilmu mantiq diperluas.
[3] C.S. Peirce, Minute Logic (1902); H. Mac Coll, Symbolic Logic and Its Applications, Longmans, Green, 1906; N.A. Vasiher, “On partic propositions, the triangle of apposition, and the law of excluted fourths’, Vcenic zopiski Kazan’ skogo Universtite (47), 1910; J. Lukasiewiez (1920)” On 3-valned logic “, (1920) dalam D.Mc Coll, Polish Logic, O.U.P., 1967, E. Post, “Introduction to the General Theory of Elementary Propositions”, American Journal of Manthematics (43), 1921.
[4] “We know the truth, not only by the reason, but also by the heart” Thoughts, ch.x, I.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Copyright © media pembelajaran | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com